
(Dok. KKS Mesir 2025)
Bifkom, Kairo— Kegiatan Visi Aksara yang diadakan oleh KKS Mesir resmi berakhir pada 18 Juli 2025 lalu, setelah berlangsung selama satu pekan sejak 11 Juli.
Sebuah program yang memadukan literasi, budaya, dan kreativitas anak-anak ini sukses menjadi magnet baru dalam geliat gerakan literasi warga Indonesia di Mesir.
Visi Aksara dirancang sebagai gerakan literasi yang menjangkau semua lapisan usia, mulai dari anak-anak yang baru mengenal huruf dan angka, hingga mahasiswa yang tengah mengasah daya kritisnya.
Ketua Panitia Visi Aksara, Andi Akram, Menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk ajakan kepada seluruh anggota KKS untuk mengambil peran aktif dan berdampak melalui literasi.
“Momentum Visi Aksara adalah gerakan baru yang kami coba inisiasi. Ini bukan sekadar program rutin, tapi ajakan untuk memilih jalan berdampak melalui literasi,” jelas Akram.
Menurutnya, dunia literasi saat ini sedang menunjukkan pertumbuhan yang positif, dengan tumbuhnya komunitas-komunitas literasi baru. KKS Mesir ingin ikut ambil bagian dalam geliat ini melalui pendekatan yang memperkenalkan literasi dengan gaya santai.
“Santai, menyenangkan, tapi tetap berbobot,” tambahnya.
Ia juga menegaskan bahwa proses berliterasi tak hanya berhenti di membaca dan menulis.
“Diskusi berada di level setelahnya. Itu adalah proses memproduksi dan mendaur ulang pikiran. Kalau Tan Malaka melakukannya dengan Madilog-nya, maka Visi Aksara adalah upaya kami mendaur ulang pemikiran dengan metode menyenangkan,” tuturnya.
Webinar Literasi, Lapak Baca, dan Diskusi Buku
Rangkaian kegiatan Visi Aksara dibuka dengan Webinar Literasi dan Budaya, yang menghadirkan narasumber dari latar belakang berbeda, di antaranya adalah M. Aan Mansyur dan Dr. Samsul Maarif. Mereka dihadirkan untuk membahas pentingnya budaya dan literasi di era digital.
Muhammad Jauhar Mumtaz, penanggung jawab Webinar Literasi, mengaku kegiatan ini sangat membuka wawasannya.
“Kegiatannya sangat mengesankan apalagi ini pertama kalinya diadakan di KKS. Saya pribadi senang bisa menjadi bagian dari panitia, khususnya sebagai Humas,” katanya.
Tak hanya itu, diskusi buku menjadi bagian penting dalam rangkaian acara. Buku-buku yang dibahas bukan hanya membuka cakrawala berpikir para peserta, tetapi juga memperlihatkan bagaimana literasi bisa diterjemahkan dalam kehidupan nyata.
Lomba Mewarnai Menjadi Wadah Anak-Anak dalam Dunia Literasi
Salah satu Segmen unik dari Visi Aksara adalah lomba menggambar dan mewarnai yang menyasar kalangan anak-anak.
Ghina Muthmainnah, penanggung jawab lomba tersebut, berbagi pengalamannya dalam mengatur kegiatan ini.
“Di kepanitiaan ini, setiap anggota diberi tanggung jawab penuh atas satu kegiatan. Saya memegang lomba mewarnai, yang notabene berkaitan dengan anak-anak, dan ini adalah pengalaman pertama saya mengurus acara seperti itu,” katanya.
Ia mengaku sempat merasa ragu, tapi dukungan dari koordinator dan ketua membuatnya berani. Hasilnya, banyak apresiasi dari para ibu yang melihat anak-anak mereka terlibat aktif.
“Alhamdulillah, banyak yang memuji kegiatan ini. Saya merasa bangga, karena semua anggota panitia bekerja dengan penuh semangat dan merasa dibutuhkan,” ungkapnya.
Program Segmentatif dan Produktif, Guncang Pesimisme
Mushab Ibnu Abbas atau kerap disapa Ibas, Selaku Koordinator Acara, Melihat Visi Aksara sebagai langkah penting dalam menggugah kembali gairah literasi warga Indonesia di Mesir.
“Acara ini sangat produktif dan segmentatif. Kami berhasil menyentuh berbagai kalangan dengan metode yang relevan. Ini bisa menjadi awal yang kuat untuk menyuburkan kembali minat literasi,” jelas Ibas.
Ia menambahkan bahwa program ini juga sekaligus menjadi tamparan manis bagi sebagian orang yang pesimis terhadap masa depan literasi.
“Dengan partisipasi peserta yang masif dan semangat yang tinggi, kami membuktikan bahwa literasi bisa tetap hidup dan berkembang di tengah tantangan zaman,” tuturnya.
Menurutnya, keberhasilan acara ini juga terletak pada bagaimana panitia mampu mengemas literasi menjadi sesuatu yang ringan tapi bermakna.
“Literasi itu tidak harus rumit. Justru dengan pendekatan yang menyenangkan, ia bisa lebih mudah diterima,” tambahnya.
Harapan dan Langkah ke Depan
Di akhir wawancara, seluruh narasumber sepakat bahwa Visi Aksara perlu dilanjutkan dan dikembangkan dengan pendekatan baru ke depannya.
“Kegiatan ini harus terus lestari. Apapun bentuknya nanti, konsistensinya adalah kunci,” tutur Akram.
Ghina juga berharap agar tahun depan kegiatan ini kembali diadakan dengan skala yang lebih besar.
“Karena banyak sekali ilmu dan pengalaman berharga yang kami dapat selama kegiatan ini,” ungkapnya.
Adapun Ibas menyampaikan ajakan untuk terus berbenah. “Setiap langkah kemajuan selalu membuka ruang untuk refleksi. Mari terus berkaca, memperbaiki, dan melanjutkan,” pungkasnya.
Dengan keterlibatan berbagai pihak dan semangat kolektif yang tinggi, Visi Aksara telah menjadi bukti bahwa literasi bukan milik kalangan tertentu, melainkan hak semua orang. Dari taman baca, webinar literasi, hinggat tangan-tangan kecil yang menggambar dan mewarnai, semuanya adalah bagian dari perjalanan menuju bangsa yang berpikir dan berdaya.
KKS Mesir telah menyalakan lilin kecil di tengah gelapnya tantangan zaman. Kini, tugas kita bersama adalah menjaganya tetap menyala.