
Bifkom, Kairo— Wisuda Madrasah KKS kembali digelar pada Sabtu 5 Juli 2025 kemarin di Aula Limas Kemass, Nasr City, Kairo.
Di tengah suasana penuh khidmat pada saat prosesi wisuda berlangsung, dua nama mencuat dan menjadi sorotan para hadirin. Mereka adalah Atiyah Mufidah, yang dinobatkan sebagai Peserta Teladan, dan Musa Hitang, yang menyabet gelar Peserta Terbaik.
Kedua sosok ini tak hanya menunjukkan prestasi akademik yang membanggakan, tetapi juga mencerminkan semangat, dedikasi, dan keikhlasan dalam menuntut ilmu di tengah kesibukan hidup sebagai Mahasiswa Indonesia di Mesir.
Kesungguhan yang Berbuah Teladan
Dalam sesi wawancara, Atiyah Mufidah mengawali ceritanya dengan penuh syukur. Menjadi peserta teladan bukanlah sesuatu yang ia kejar sebagai ambisi, tetapi hasil dari konsistensinya menjaga niat dan komitmen terhadap proses belajar selama setahun penuh di Madrasah KKS.
“Saya merasa sangat bersyukur pada Allah. Karena Allah-lah yang selalu mengabulkan doa saya agar dimudahkan dalam memahami Pelajaran dan tetap semangat dalam belajar,” ungkapnya.
Selama menjalani proses pendidikan di madrasah, Atiyah mengandalkan dua metode sederhana namun sangat efektif. Di antaranya, mencatat secara langsung apa yang disampaikan oleh pengajar di kelas tanpa menunda, dan mendengarkan ulang rekaman pembelajaran sebelum kelas berikutnya.
Bagi Atiyah, kunci utama bukan sekadar cara belajar, tapi kedisiplinan dalam menjaga ritme dan kehadiran hati dalam setiap sesi belajar.
Meski terkadang ia menghadapi halangan yang mengakibatkan ketidakhadiran di kelas dan keterlambatan mencatat materi, ia tetap berusaha mengejar dan tidak membiarkan satu pun Pelajaran terlewat.
Ia mengaku bahwa salah satu sumber semangatnya adalah melihat ketekunan dan antusiasme teman-temannya di kelas.
“Saya sempat merasa lelah dan jenuh. Namun saya memutuskan untuk bertahan. Melihat semangat teman-teman membuat saya sadar bahwa saya akan merugi jika meninggalkan lingkungan belajar seperti ini,” katanya.
Sebagai mahasiswa yang juga terlibat dalam organisasi, Atiyah membagikan nasihat berharha dari salah satu senior KKS, Niqadri Muliarta, yang membantunya dalam membagi waktu dengan bijak.
“Beliau menyarankan agar belajar tetap menjadi prioritas utama. Tidak melarang untuk aktif di organisasi, tapi porsinya harus tepat. 51% untuk belajar, 49% maksimal untuk kegiatan luar,” jelasnya.
Ketika ditanya siapa sosok yang paling berjasa dalam perjalanannya, Atiyah menyebutkan nama St. Aisyah HS, peserta terbaik Madrasah KKS tahun lalu yang menjadi inspirasi besar baginya.
Di akhir wawancara, Atiyah menyampaikan pesan penuh makna untuk peserta madrasah selanjutnya.
“Jangan sia-siakan kesempatan belajar di madrasah ini. Jalani sistem yang telah dirancang dengan serius. Libatkan Allah dalam setiap langkah dan kesulitan. Nikmati proses belajar di depan para masyaikh, karena ini adalah nikmat yang tidak semua orang dapatkan,” tuturnya.
Mengutamakan Keilmuan dan Kepedulian
Berbeda dengan Atiyah yang lebih menekankan ketekunan personal, Musa Hitang menyoroti kekuatan berbagai ilmu dan interaksi aktif dalam proses belajar.
Musa sering membantu teman-temannya melalui sesi mudzakarah, diskusi, dan bahkan mengajarkan kembali materi yang telah ia pelajari.
“Saya orangnya suka mengajar. Jadi kalau ada teman yang bingung, saya manfaatkan waktu luang untuk berdiskusi dana menjelaskan kembali materi. Dengan begitu, saya juga makin paham dan Pelajaran jadi melekat,” jelasnya.
Kesadaran bahwa ia membutuhkan Madrasah KKS untuk bertahan dan berkembang di dunia akademik Al-Azhar menjadi fondasi utama semangatnya.
“Rasa malas pasti datang. Namun kesadaran akan pentingnya madrasah ini membuat saya bisa tetap fokus. Dan ketika saya mulai kehilangan arah, saya mencari semangat dari luar diri saya — melihat teman, suasana kelas, dan tujuan awal saya,” tuturnya.
Dalam membagi waktu, Musa memilih untuk mengutamakan madrasah sepenuhnya dan menunda sementara keterlibatan dalam kegiatan luar seperti organisasi. Fokus total menjadi prinsip yang ia pegang teguh.
“Fokus pada beberapa hal sekaligus itu susah dan melelahkan. Jadi setiap kegiatan yang mengganggu pelajaran, akan saya tinggalkan,” katanya.
Musa juga mengapresiasi sistem pendidikan Madrasah KKS, terutama dalam aspek kedisiplinan dan ketegasan dalam penegakan aturan.
“Madrasah KKS tidak ragu menegakkan kedisiplinan. Siapa pun yang melanggar bisa dihukum bahkan dikeluarkan. Ini menunjukkan integritas tinggi yang menjadi kekuatan utama madrasah,” ungkapnya.
Ketika ditanya tentang sosok yang paling berjasa, Musa menyebut para pengajar dan kepala madrasah sebagai sosok utama. Namun ia tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang besar kepada teman-temannya yang turut menghidupkan suasana belajar yang sehat dan produktif.
“Mereka yang rajin bertanya dan mengajak mudzakarah sangat berperan dalam perjalanan saya,” katanya.
Musa juga memberikan pesan mendalam untuk Angkatan selanjutnya, “Fokuslah pada pembelajaran di Madrasah KKS. Sadari bahwa kalian membutuhkan ini. Jangan sia-siakan waktu. Belajarlah dari para pengajar yang kompeten, dan bersyukurlah karena bisa berada di antara orang-orang hebat,” pungkasnya.