
Ine Yulia, Mahasiswa Turki yang merupakan Duta Inspirasi Indonesia sekaligus penggerak komunitas Lingkar Baca, melakukan sesi kolaborasi literasi bersama Rehat (Resensi Sehat).
Acara itu digelar di Café Zone, Kairo, Mesir, 3 April 2025.
Mengangkat tema “Pentingnya literasi di Tengah Maraknya Sosial Media”, acara ini menjadi ruang reflektif sekaligus gerakan nyata untuk menggaungkan semangat membaca dan berpikir kritis di tengah masyarakat saat ini.
Kegiatan yang diselenggarakan pada malam hari ini dimoderatori oleh Fakhrur Riza, salah satu dari lima pendiri Rehat (bersama Abdul Mughni Mukhtar, Ahmad Mujaddid, Muhammad Catur, dan penulis sendiri).
Diskusi berlangsung hangat, interaktif, dan penuh energi dari para peserta diskusi.
Literasi di Tengah Arus Informasi yang Meledak
Ine Yulia, pembicara utama malam itu, menyampaikan berbagai pandangan terkait tantangan dan peluang literasi di tengah gempuran media sosial.
Ia menyoroti bagaimana derasnya arus informasi telah mengikis daya kritis terhadap banyak individu.
“Banyak orang hari ini yang motivasinya ditentukan oleh algoritma,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya memiliki kesadaran literasi untuk mampu memilah informasi, tidak terjebak dalam hoaks, dan membangun opini berdasarkan sumber yang kredibel.
Ledakan Literasi dan Fomo yang Positif
Diskusi mencapai puncaknya ketika pembahasan menyentuh permasalahan klasik: rendahnya minat baca di Indonesia.
Namun, tanggapan dari para anggota Rehat justru memunculkan optimisme baru.
Sastralingga, pemilik komunitas Tutur Sastra dan penulis buku Purnama Berkawah di Bumi Kinanah, berkata dengan penuh keyakinan:
“Ledakan literasi baru saja dimulai. Setiap hitungan seratus tahun ada saja pergolakan perubahan yang terjadi,” katanya.
Senada dengan itu, Ahmad Mujaddid, salah satu pendiri Rehat, menyampaikan fenomena baru yang menggembirakan, “Baca buku sudah menjadi hal yang Fomo. Banyak orang sekarang ke mana-mana bawa buku—di kendaraan umum, rumah makan, bahkan saat menunggu antrian cukur. Ini bentuk Fomo yang positif”.
Sementara itu, penulis sendiri yang merupakan bagian dari pendiri Rehat, melihat tumbuhnya ekosistem literasi sebagai momentum yang tak boleh dilewatkan.
Dalam momen diskusi tersebut, penulis mengungkapkan bahwa ekosistem baca justru baru saja subur, dengan banyaknya gerakan filantropis literasi yang bermunculan.
Indonesia memang lambat, tapi sedang menemukan momentumnya. Dan semoga kita semua bisa menjadi bagian dari perubahan ini.
Menuju Kebijakan Literasi yang Strategis
Di akhir sesi, diskusi diarahkan pada strategi penguatan literasi secara struktural. Defri Cahyo, penulis kawakan Masisir dan kontributor lepas Wawasan Mesir, menekankan pentingnya arah kebijakan dari pemerintah untuk mendukung geliat literasi akar rumput.
“Langkah strategis pengembangan literasi tetap butuh dukungan kebijakan dari atas, agar gerakan-gerakan di bawah tidak berjalan sendiri,” jelasnya.
Kerja Sama dan Kolaborasi Berkelanjutan
Diskusi kemudian ditutup dengan tawaran kerja sama lanjutan secara daring. Meskipun Ine Yulia sudah kembali ke Turki, semangat kolaborasi lintas batas ini tetap akan dijaga.
Komunitas Rehat dan Lingkar Baca berkomitmen untuk terus menghadirkan ruang-ruang diskusi literasi yang bermakna dan berdampak, baik secara langsung maupun daring.