
Ramadan selalu punya cara sendiri buat bikin kita kangen. Momen sekali setahun ini pasti meninggalkan kesan untuk setiap orang, termasuk saya.
Ramadanku tahun ini sangat unik, karena pengalaman pertama sejak saya di Mesir. Sebagai mahasiswa baru, saya mendapati beberapa “keanehan” dalam tradisi Ramadan di Mesir, yang berbeda dengan kebiasaan di Indonesia.
Kalau di Indonesia, Ramadan identik dengan ngabuburit, buka bersama, dan suasana masjid yang makin ramai. Tapi di belahan dunia lain, suasana Ramadan bisa jauh berbeda. Seperti di Mesir ini, negara yang jadi pusat ilmu Islam dan punya tradisi Ramadan yang enggak kalah seru.
Mulai dari waktu puasanya yang berbeda-beda, makanan khasnya, sampai tradisi yang unik banget dan mungkin enggak pernah kita temui di tanah air. Penasaran? Gas kita bahas!
Perbedaan Waktu Puasa: Siang Lebih Panjang di Mesir!
Salah satu perbedaan yang paling jelas dan langsung terasa adalah durasi puasa. Sudah pada tahu, kan, kalau posisi geografis Indonesia dan Mesir itu beda banget? Indonesia terletak di garis khatulistiwa, sedangkan Mesir tidak.
Maksudnya, waktu siang dan malam di Indonesia relatif stabil sepanjang tahun, sekitar 12 jam siang dan 12 jam malam. Jadi, puasa di Indonesia biasanya berlangsung sekitar 13-14 jam, durasinya stabil dari awal sampai akhir bulan.
Beda cerita di Mesir! Karena negara ini punya musim panas dan musim dingin yang lebih terasa, durasi puasanya juga berubah-ubah.
Kalau pas musim dingin, puasa di Mesir sekitar 11-12 jam, hampir sama kayak di Indonesia. Tapi kalau lagi sementara musim panas, durasi puasa di Mesir bisa tembus hingga 15 jam, karena durasi siangnya lebih lama. Jadi, kalau lagi panas-panasnya di Mesir, dijamin tantangannya lebih berat karena enggak cuma durasinya lebih panjang, tapi juga cuaca yang lebih terik!
Ramadan tahun ini saja, azan subuh jatuh pada 05.00 pada puasa pertama. Kemudian semakin lama semakin cepat hingga hari ke-29, azan subuh jatuh pada pukul 04.25. Lebih cepat setengah jam dalam jangka sebulan. Waktu berbuka malah sebaliknya, semakin lama malah semakin lambat.
Tradisi dan Budaya Ramadan: Indonesia vs. Mesir
Setiap negara pasti punya tradisi khas saat Ramadan, termasuk Indonesia dan Mesir.
Di Indonesia, Ramadan enggak cuma soal ibadah, tapi juga soal kebersamaan. Ada beberapa tradisi unik yang bikin Ramadan makin seru.
Yang pertama adalah ngabuburit, kegiatan menunggu waktu buka puasa. Biasanya diisi dengan jalan-jalan sore, beli takjil, atau nongkrong di taman sambil ngobrolin apa aja.
Setelah ngabuburit bakalan ada Buka Bersama (Bukber), momen yang hampir wajib setiap Ramadan! Dari bukber keluarga, bukber teman sekolah, sampai bukber alumni yang kadang lebih banyak wacana daripada realisasi.
Lalu di akhir bulan, orang-orang akan Mudik. Sebuah tradisi pulang kampung jelang Lebaran. Ini yang bikin jalanan macet total menjelang Idulfitri.
Kalau di Mesir, Ramadan Lebih Meriah dan Penuh Dekorasi. Masyarakat setempat sangat antusias dan penuh semangat. Bahkan, suasana Ramadan di Mesir itu sudah terasa sebulan sebelum Ramadan dimulai! Beberapa tradisi unik di sana seperti Fanous Ramadan, Mawaid Ar-Rahman, dan Mesaharaty.
Fanous Ramadan, yaitu lampion khas Ramadan yang menghiasi jalanan, rumah, dan tempat umum. Warna-warni lampion ini bikin suasana Ramadan semakin hidup.

Mawaid Ar-Rahman, merupakan tradisi berbagi makanan secara gratis di jalanan. Banyak orang kaya dan dermawan yang menyediakan meja panjang berisi makanan berbuka untuk orang-orang yang kurang mampu. Salah satu yang paling terkenal adalah di Masjid Al-Azhar, yang setiap hari menyediakan ribuan porsi makanan berbuka puasa.
Mesaharaty, adalah tradisi membangunkan orang sahur dengan genderang dan nyanyian. Kalau di Indonesia kita pakai speaker masjid atau sahur on the road, di Mesir masih ada orang yang keliling sambil memukul genderang buat membangunkan warga. Tapi, tradisi ini sudah jarang ada di kota-kota besar seperti Kairo.
Antusias masyarakat Mesir menyambut Ramadan sama dengan antusias orang Indonesia menyambut hari kemerdekaan.
Makanan dan Minuman Khas Ramadan
Bicara Ramadan enggak lengkap kalau enggak bahas makanan khas buka puasa. Kalau di Indonesia, hidangannya serba manis dan gorengan. Atau kalau bukan, pasti buka puasa dengan yang manis-manis dan segar.
Kalau saya coba himpun, hidangan wajib saat buka puasa di Indonesia antara lain, es buah, es campur, kolak pisang, dan gorengan. Orang Indonesia memang paling doyan kalau semua jenis hidangan yang manis, segar, dan yang gurih berkumpul di meja makan.
Lain halnya sama orang Mesir, mereka biasanya berbuka dengan kurma lalu langsung sikat makanan berat. Selama di sini, saya belum pernah lihat ada bapak-bapak dengar azan terus nyeruput es buah. Yang ada, mereka membatalkan puasa dengan kurma dan air putih sebelum lanjut ke makanan berat seperti nasi, roti, dengan lauk daging-dagingan.
Adapun beberapa jenis hidangan yang kerap hadir di meja buka puasa orang Mesir, seperti Fattah atau nasi dengan potongan daging kambing atau sapi, dicampur dengan roti, bawang putih, dan saus tomat.
Ada juga Kunafa, kudapan manis khas Mesir yang terbuat dari adonan tipis dan diisi dengan keju atau kacang, lalu disiram sirup gula. Ruz Bil Laban juga sering jadi santapan buka, yaitu nasi yang dimasak dengan susu, mirip bubur tapi lebih kental.
Jadi kalau di Indonesia orang sering nunda makan besar sampai selesai tarawih, di Mesir mereka langsung makan berat setelah berbuka dengan kurma.
Kegiatan Keagamaan dan Keilmuan
Karena Ramadan juga bulan penuh ibadah, kegiatan keagamaan jadi lebih meningkat, baik di Indonesia maupun Mesir.
Di Indonesia, ceramah biasanya setelah Salat Isya dan sebelum Tarawih. Juga ada pesantren kilat untuk anak-anak yang diadakan di masjid atau sekolah.
Organisasi remaja masjid juga sering mengadakan lomba-lomba Islami. Seperti lomba tilawah, azan, atau hafalan Quran untuk memberikan motivasi dan menambah nuansa Islami di bulan suci.
Nah kalau di Mesir, kegiatan umum biasanya ada kajian langsung dengan para syekh. Salah satu keunggulan Ramadan di Mesir adalah banyaknya kajian langsung dengan ulama-ulama besar.
Terus salat Tarawih juga rata-rata dengan bacaan panjang. Biasanya salat tarawih di Mesir lebih panjang dibanding di Indonesia, bahkan ada yang membaca satu juz per malam. Tak hanya itu, salatnya juga setiap malam ganti jenis qiraat di Masjid Al-Azhar. Makanya jangan kaget kalau tiba-tiba Imam baca Qurannya agak berbeda dari yang biasa kita baca.
Berbeda dengan di Indonesia, ceramah Tarawih dilaksanakan setelah rakaat kedelapan. Di beberapa masjid besar, ceramah agama dilakukan setelah rakaat kedelapan, bukan sebelum salat tarawih seperti di Indonesia.
Ramadan di Mana pun Tetap Istimewa!
Dari perbedaan di atas, bisa kita lihat bahwa setiap negara punya cara unik dalam menyambut dan menjalani Ramadan.
Di Indonesia, Ramadan lebih terasa sebagai momen kebersamaan, dengan tradisi ngabuburit, bukber, dan mudik yang selalu dirindukan.
Sementara di Mesir, Ramadan lebih meriah dengan dekorasi lampion, semangat berbagi lewat Mawaid Ar-Rahman, dan kajian ilmu yang lebih mendalam. Pelaksanaan ritual keagamaan seperti salat dan ceramah juga lebih berwarna.
Meskipun ada banyak perbedaan, esensi Ramadan tetap sama: bulan penuh berkah, kesempatan memperbanyak ibadah, dan waktu untuk meningkatkan kepedulian sosial. Enggak peduli di mana pun kita berada, Ramadan selalu punya makna yang istimewa!