
Foto Anggota KKS dulu.
Kalau kita tidak pernah tahu perjuangan Soekarno sebagai proklamator bangsa, mungkin kita cuma akan melihatnya sebagai bapak-bapak biasa yang pernah hidup di zaman dulu.
Begitu pula dengan Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Mesir—tanpa tahu bagaimana ia lahir dan berkembang, kita tidak akan paham seberapa besar arti rumah ini bagi mereka yang jauh dari kampung halaman. Jadi, yuk kita susuri perjalanan panjangnya!
April 1977: Awal Mula yang Penuh Solidaritas
KKS Mesir resmi berdiri pada Ahad malam, 17 April 1977. Ketua pertamanya adalah AGH. Faried Wajedy, Lc., MA.
Momen bersejarah ini terjadi di kediaman H. Ahmad Lakampi, Garden City, Kairo.
Tapi, tahukah kamu? Awalnya organisasi ini bukan bernama KKS, melainkan Ikatan Keluarga Bugis-Malaysia (IKABIM). Kenapa ada embel-embel “Malaysia”? Karena jumlah orang Sulawesi di Mesir saat itu masih sedikit, hanya 31 orang. Agar lebih solid, komunitas ini juga merangkul saudara sedarah Sulawesi yang berasal dari negara Malaysia.
Karena itulah, dua posisi penting dalam kepengurusan pertama justru dipegang oleh anggota dari Malaysia: Abdul Hamid Dg. Mappunna sebagai sekretaris dan Nafisah sebagai bendahara. Mereka memang putra-putri Sulawesi, tapi berkewarganegaraan Malaysia.
Meskipun berasal dari dua negara, solidaritas di antara mereka begitu kuat. Silaturahim, gotong royong, dan saling membantu menjadi prinsip utama yang membuat kekeluargaan ini tetap hidup.
Juni 1977: Struktur Kepengurusan Baru
Dua bulan setelah peresmian, rapat kedua digelar. Kali ini kepengurusan mulai beralih ke tangan warga Sulawesi yang berasal dari Indonesia, dengan struktur yang sederhana:
- Ketua: AGH. Faried Wajedy
- Sekretaris: AGH. Najamuddin H.S
- Bendahara: H.M Yunus Samad
Meski perubahan kepengurusan terjadi, semangat persaudaraan tetap terjaga di dalam komunitas ini.
Juli 1977: Dari IKABIM ke KKS
Sebulan setelahnya, terjadi perubahan besar: nama IKABIM resmi diganti menjadi Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS). Pergantian ini menghilangkan unsur “Malaysia” dalam nama organisasi, tapi uniknya, anggota asal Malaysia tetap menjadi bagian dalam komunitas ini. Mereka tetap menjadi anggota aktif meski tidak terlibat langsung dalam kepengurusan.
Kenapa nama IKABIM diganti? Jawabannya tidak jelas terdokumentasi. Tapi yang pasti, perubahan ini bukan karena pertikaian, tapi justru menandai semakin kuatnya identitas Sulawesi dalam organisasi ini.
Begitulah cerita awal mula KKS Mesir. Dari komunitas kecil yang mengandalkan solidaritas hingga menjadi wadah besar bagi perantau Sulawesi di tanah Kinanah. Tanpa perjuangan generasi awal, mungkin kita nggak akan menikmati rumah yang nyaman ini sekarang. Jadi, patutlah kita mengenang dan menghormati mereka yang telah membangun KKS sejak awal!